kumpulan puisi
FI SABILILLAH
Jangan dilarang
Orang yang melayang pandang
Ke sabilillah
:ia sudah tahu resah nyata semesta
seringai malam bumi kita
jangan ditahan
orang yang ingin melemparkan diri
ke sabilillah
:ia sudah tahu ramuan cinta yang firdaus
juga rejam rintangan itu
jangan dinanti
orang yang pergi
ke sabilillah
: ia sudah tahu ke mana
harus menjual nyawa
Depok, 1992
Oleh Helvy Tiana Rosa
WALAU
Walau penyair besar
takkan sampai sebatas allah
dulu pernah kuminta tuhan
dalam diri
sekarang tak
kalau mati
mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat
tujuh puncak membilang-bilang
nyeri hari mengucap-ucap
di butir pasir kutulis rindu rindu
walau huruf habislah sudah
alif bataku belum sebatas allah
karya Sutardji Calzoum Bachri.
Senja Di Pelabuhan Kecil
Karya : Chairil Anwar (1946)
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Perjalanan Kubur
karya: Sutardji Calzoum Bachri
Luka ngucap dalam badan
kau telah membawaku
keatas bukit, keatas karang, keatas gunung, ke bintang2
lalat-lalat menggali perigi dalam dagingku
untuk kubur mu alina
untuk kubur mu alina
aku menggali-gali dalam diri
raja dalam darah mengaliri sungai-sungai
mengibarkan bendera hitam
menyeka matahari
membujuk bulan
teguk tangismu alina
sungai pergi ke laut membawa kubur-kubur
laut pergi ke sungai membawa kubur-kubur
sungai pergi ke akar, ke pohon, ke bunga-bunga
membawa kubur mu alina
Comments
Post a Comment